terjemahan

Perbedaan Karya Historiografi Tradisional pada Masa Hindu Budha dan Islam

Sejarah telah dicatat melalui berbagai karya sastra, termasuk historiografi. Pada masa Hindu Budha dan Islam, karya historiografi tradisional memiliki perbedaan dalam hal penekanan pada unsur-unsur tertentu.

Pada masa Hindu Budha, karya historiografi tradisional lebih menekankan pada keagungan raja dan keberhasilan militer. Contoh dari karya historiografi ini adalah Kitab Pararaton, yang menceritakan tentang kejayaan Kerajaan Singasari dan Majapahit.

Sementara itu, pada masa Islam, karya historiografi tradisional cenderung menekankan pada peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Islam dan kepahlawanan para tokoh Islam. Contohnya adalah Babad Tanah Jawi, yang menceritakan tentang penyebaran agama Islam di Jawa.

Karya Sastra yang Dikategorikan Historiografi Kolonial

Karya sastra yang dikategorikan sebagai historiografi kolonial umumnya ditulis oleh para penjajah Eropa yang ingin merekam sejarah dan kebudayaan daerah yang mereka jajah. Karya-karya ini seringkali memberikan pandangan yang subjektif dan menggambarkan orang-orang pribumi sebagai masyarakat yang primitif dan tidak beradab.

Contoh karya sastra yang dikategorikan sebagai historiografi kolonial adalah Max Havelaar karya Multatuli, yang menceritakan tentang eksploitasi dan ketidakadilan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda di Hindia Belanda.

Karya Sastra yang Dikategorikan Historiografi Modern

Karya sastra yang dikategorikan sebagai historiografi modern mencoba untuk merekam sejarah dengan cara yang lebih objektif dan tidak memihak pada satu pihak tertentu. Karya-karya ini seringkali ditulis oleh para sejarawan atau akademisi.

Contoh karya sastra yang dikategorikan sebagai historiografi modern adalah Sejarah Nasional Indonesia karya Prof. Dr. Teuku Jacob dan Dr. Mohammad Ali, yang merupakan karya monumental yang mencoba untuk merekam sejarah Indonesia secara komprehensif.

Karya Historiografi Tradisional yang Keseluruhan Ceritanya Didominasi Unsur Islam

Salah satu contoh dari karya historiografi tradisional yang keseluruhan ceritanya didominasi oleh unsur Islam adalah Babad Diponegoro. Karya ini menceritakan tentang Pangeran Diponegoro dan perjuangannya melawan penjajah Belanda dalam perang Diponegoro yang terjadi pada awal abad ke-19 di Jawa.

Ciri-ciri Historiografi Kolonial

Ciri-ciri historiografi kolonial antara lain pandangan yang subjektif, penggambaran orang pribumi sebagai masyarakat yang primitif dan tidak beradab, serta pemaksaan nilai-nilai dan kebudayaan penjajah pada masyarakat yang mereka jajah.

Ciri-ciri Historiografi Tradisional

Ciri-ciri historiografi tradisional antara lain penekanan pada keagungan raja atau kepahlawanan tokoh, fokus pada peristiwa penting, dan penggunaan bahasa atau gaya sastra yang khas. Karya-karya historiografi tradisional juga seringkali terikat pada konteks sosial dan budaya dari masa di mana karya tersebut ditulis.

Contoh Karya Historiografi Tradisional

Selain Babad Diponegoro dan Kitab Pararaton, masih banyak lagi contoh karya historiografi tradisional yang terkenal di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah Babad Tanah Jawi, Serat Centhini, Hikayat Hang Tuah, dan Babad Banyumas.

Karya-karya tersebut memberikan gambaran tentang sejarah, kebudayaan, dan nilai-nilai yang hidup pada masa lalu. Meskipun demikian, perlu diingat bahwa karya-karya historiografi tradisional juga dapat memiliki kelemahan dalam hal objektivitas dan keakuratan informasi.

Dalam mengevaluasi karya-karya historiografi, baik yang tradisional maupun modern, kita perlu mengambil pendekatan yang kritis dan mempertimbangkan konteks sejarah dan budaya di mana karya tersebut ditulis.

Tinggalkan Balasan