penerjemah · terjemahan

Work and Fun di Macau

2016-04-10_11-34-48

Saya sangat beruntung pekerjaan saya sebagai penerjemah dan juru bahasa Inggris ke Indonesia dan sebaliknya terkadang mengharuskan saya untuk melakukan perjalanan ke luar negeri. Dan kali ini tanggal 5-6 Maret 2016 yang lalu saya berksempatan untuk melakukan perjalanan ke Macau, sebuah wilayah di pesisir Tiongkok selatan bekas jajahan Portugis yang terletak di Asia Timur.

Ini bukan perjalanan pertama saya ke Macau, dua tahun lalu saya berkesempatan melakukan one-day trip dari Hong-Kong ke Macau menggunakan Ferry. Saya berangkat pagi-pagi dari Hong Kong dan langsung mengikuti Tur satu hari penuh. Wilayah Macau tidak terbilang besar. Wilayahnya sendiri berukuran 115 km2 dengan darata sebesar 30 km2 dan sisanya air. Ada dua wilayah utama yaitu kota lama di daratan dan wilayah Kotai Strip yang penuh dengan hotel mewah dan kasino. Yang Macau memang kota judi terbesar di Asia dan konon omzetnya melebihi omzet kasino di Amerika Serikat. Ya warga Asia memang paling gemar dengan judi ini, dan lokasi Macau yang bisa dibilang mudah diakses dari penjuru Asia membuatnya menjadi lokasi yang sering dikunjungi para penggemar judi.

Pengalaman saya menikmati Ferry ke Macau dari Hong Kong dua tahun lalu membuat saya memutuskan untuk menuju ke Macau menggunakan pesawat kali ini. Setelah panitia memastikan bahwa saya akan menjadi interpreter dalam suatu ajang peluncuran perusahaan IT yaitu terkemuka HP di wilayah ini. Saya memutuskan untuk berburu tiket. Ada beberapa maskapai penerbangan yang melayani tujuan ke Macau diantaranya adalah Tiger Air dan Air Asia, namun sayangnya tidak ada penerbangan yang langsung. Tiger Air melayani Jakarta-Macau via Singapura sementara Air Asia melayani penerbangan via Kuala Lumpur. Dua-duanya tidak memberikan pilihan yang menyenangkan bagi saya. Saya harus berada di Macau Selasa siang untuk melakukan gladi resik tugas saya sebagai penerjemah lisan (interpreter) dalam acara ini. Jadi artinya saya harus berangkat Senin pagi. Sayangnya setelah mencari-cari di beberapa portal penjual tiket online ternyata kedua maskapai itu tidak menyediakan tiket yang langsung berangkat pagi itu juga. Ya perjalanan ke Macau memang butuh sekitar 5 jam penerbangan saja dari Jakarta jika ada yang langsung. Namun nyatanya saya harus singgah dahulu di Singapura dan Kual Lumpur untuk menuju kesana. Dan setelah mencari dan menimbang saya memutuskan bahwa jadwal penerbangan yang yang paling masuk akal dan sesuai anggaran adalah menggunakan Air Asia. Meski itu berarti saya harus menunggu selama 12 jam di Bandara Kuala Lumpur International Airport (KLIA).

Pesawat saya dijadwalkan berangkat pukul 14.50 Senin tanggal 4 Maret dengan rute CGK-KUL dan setelah dua jam penerbangan, saya tiba pukul 18.00 setempat di Bandara KLIA. Bandara KLIA cukup besar dan sebagian besar melayani penerbangan Air Asia, di sini terlihat pula maskapai Malindo yang menjadi anak perusahaan Lion Air. Apa yang harus saya lakukan selama 12 jam? KLIA memiliki banyak tempat untuk makan dan juga belanja. Tempat makan terletak di Lantai 2 di mana tersedia restoran chain seperti MacDonald dan semacam Pujasera yang menyediakan makanan lokal. Di sini ada pula Sama-Sama Hotel, sebuah airport hotel yang terletak di dalam KLIA, sehingga bagi yang harus cukup lama menunggu penerbangan berikutnya dan memiliki budget bisa memanfaatkan hotel di dalam bandara ini. Bagi yang tidak cukup budget seperti saya, seperti beratus-ratus penumpang lainnya yang harus menunggu lama ke penerbangan berikutnya bisa memanfaatkan berbagai penjuru bandara yang berkarpet nyaman dan memiliki banyak kursi untuk beristirahat, meski banyak juga yang akhirnya memutuskan untuk tidur di lantai mengandalkan tas atau ransel sebagai bantal. Bagi saya yang harus berangkat pukul 6.30 hari Selasa keesokan harinya saya memutuskan untuk duduk di salah satu meja restoran yang dekat dengan sumber listrik untuk membuka laptop dan mengerjakan sedikit pekerjaan terjemahan yang harus saya selesaikan hari itu sekaligus mengisi perut. Malam terasa cepat berlalu di KLIA, saya tidak bisa memejamkan mata begitu nyenyak karena takut ketinggalan pesawat.

Setelah berbaring di salah satu sudut ruang tunggu KLIA yang luas hingga menjelang subuh saya menuju gerbang keberangkatan untuk mengejar pesawat yang akan membawa saya ke Macau dari KUL pagi itu. Dua setengah jam perjalan menuju Macau saya habiskan dengan tidur, ya tidur di bandara dengan waswas takut ketinggalan pesawat membuat saya tidak bisa nyenyak. Setelah menyantap sarapan Nasi Ayam ala Air Asia yang saya pesan online saat memesan tiket, membuat saya menikmati sarapan lebih awal daripada penumpang lain pagi itu, dan saya pun tertidur lagi.

Pesawat tiba di Macau pukul 10.00 waktu setempat, proses di Imigrasi tidak begitu lama karena beberapa pintu dibuka sekaligus. Kebetulan di pesawat saya bertemu dengan dua orang interpreter/penerjemah lisan/juru bahasa Malaysia yang satu pesawat dari Kuala Lumpur dan ketika kami keluar dari pemeriksaan imigrasi memutuskan untuk bersama-sama menuju hotel tempat akan dilakukan sore itu. Kami menemui penjemput dari panitia yang sudah menyiapkan kendaraan menuju hotel Sheraton Grand Macao. Hotel ini terletak tidak jauh dari bandara dan dalam 10 menit kami tiba di kawasan reklamasi Kotai yang penuh dengan Hotel dan kasino.

Acara gladi resik akan dimulai pukul 2 sore itu di hotel yang sama, jadi saya memutuskan untuk segera menuju hotel yang telah saya pesan di Ole London di daerah kota lama, hotel yang letaknya dekat dengan Ruins of Paul, ikon Macau yang terkenal. Untuk menuju ke hotel, saya menggunakan saya menggunakan jasa transportasi Uber. Ngomong-ngomong soal Uber, mobil-mobil yang ditawarkan Uber di Macau lebih beragam dari Jakarta, saya berkesempatan naik Toyota Noah, VW Golf, dan Nissan Qashai. Meski keinginan naik BMW Seri 3 gagal karena supir membatalkan pesanan.

image
Mobil Uber di Macau

Acara gladi resik hari itu selesai pukul tujuh malam setelah melakukan berapa latihan bersama para pembicara esok dan menguji beberapa perangkat dan mendapatkan pengarahan dari Panitia.

Acara Peluncuran HP yang katanya terbesar selama 10 terakhir itu berjalan terbilang sukses, penyelenggara acara dari EO Singapura berhasil melakukan pekerjaannya dengan baik, mengatur tamu media, distributor dan dari HP dan bertajuk #PrintingReinvented. Saya harus menerjemahkan berbagai pidato langsung dari beberapa pimpinan Direksi HP dan juga cara Diskusi Panel yang membutuhkan terjemahan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia secara langsung karena beberapa peserta dari Media dan Juga Distributor dan Partner HP juga hadir di sana.

 

Selepas makan siang, peserta harus mengikuti acara presentasi lebih lanjut mengenai masing-masing produk yang diperkenalkan secara lebih mendetail. Saya dan rekan saya Michelle pun harus mengikuti ke mana pun peserta Indonesia pergi karena kami harus menerjemahkan untuk mereka. Acara berlangsung sukses meski beberapa peserta Indonesia “kabur” dan hanya beberapa gelintir saja yang mengikuti sampai acara  terakhir selesai.

Materi yang kami harus terjemahkan secara lisan sebagian besar adalah terjemahan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Terjemahan dengan simultan yang kami lakukan sebagian besar adalah tentang teknis, ya karena acara ini adalah acara peluncuran berbagai produk printer keluaran HP untuk tahun 2016. Panitia menyediakan beberapa materi yang kami pelajari tepat sebelum acara jadi kami merasa terbantu. Memang penerjemah harus dituntut untuk mengetahui banyak hal namun pemberian materi itu sangat membantu.

Acara hari itu kami tutup dengan makan malam di salah satu restoran Portugis yang menurut review sangat enak. Restoran itu bernama A Lorcha. Lokasinya terletak di dekat Kuil A Ma, yang merupakan tempat yang harus kamu kunjungi untuk melihat kuil tertua di Macau.

Restoran ini sebagian besar menyediakan hidangan laut. Dan saya berkesempatan memakan nasi Gurita dan Kerang Gorengnya. Untuk minumnya saya mencoba Bir Super Bock sementara rekan saya meminum Wine  yang konon khas di sana.Pokoknya lezat dan cukup kenyang untuk mengisi tenaga setelah seharian bekerja.

Saya kembali ke Jakarta keesokan harinya tanggal 6 April 2016 dan kembali terbang melalui Kuala Lumpur lewat Bandara Macau. Kali ini waktu transit tidak begitu lama sekitar 3 jam dan pesawat berangkat tepat waktu pukul 10.50 waktu setempat.

Selamat tinggal Macau! Sampai Bertemu lagi.


 

Penulis adalah penerjemah tersumpah atau bersumpah dan juga juru bahasa / interpreter untuk pasangan Bahasa Inggris – Bahasa Indonesia yang telah memperoleh Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 1765/2006, juga merupakan Penerjemah Besertifikat dari HPI – Himpunan Penerjemah Indonesia, Anggota ATA – American Translators Association. Penulis menyediakan jasa terjemahan tersumpah dan reguler dan dapat dihubungi di alamat [email protected].

 

Tinggalkan Balasan